Jumat, 04 November 2011

ALANGKAH LUCUNYA (NEGERI INI)


            Apa jadinya jika sarjana manajemen harus berkecimpung dalam dunia pencopetan? Dalam film yang dipersembahkan oleh Deddy Mizwar ini sangat menggugah dan memberi sentilan kepada para petinggi negeri ini. Film yang sebagian besar bercerita tentang seputar anak jalanan yang berprofesi pencopet ini menuai segudang moral yang bisa kita ambil.
            Berawal dari Muluk (Reza Rahardian) adalah seorang sarjana manajemen mengangur selama 2 tahun. Ia baru mendapatkan pekerjaan setelah ia bertemu salah seorang anggota pencopet yang tak sengaja ia temui di jalan ketika sedang mencopet. Dari situlah cerita berawal. Muluk mulai memanajemen keuangan hasil copet dengan jatah 10 persen dari hasil copet. Semua itu Muluk lakukan untuk membuat anak-anak copet agar tidak mencopet lagi. Dan rencananya Muluk akan menggantinya dengan usaha mengasong. Selain itu Muluk juga mengajarkan baca tulis, agama, dan pendidikan kewarganegaraan. Tentu saja ia tidak sendiri. Dengan dibantu teman-temannya Syamsul (Asrul Dahlan) dan Pipit (Tika Bravani) mereka akhirnya berhasil menjalankan tujuannya untuk membuat anak-anak tersebut tidak mencopet lagi.
            Film yang mengangkat dari tema` masalah negara` ini mulai dari anak jalanan, pencopet, pengangguran serta kekerasan menuai banyak pujian sekaligus kontroversi. Karena film ini tidak sekadar film pada umumnya yang biasanya bertemakan tentang asmara. Namun film ini sangat berkualitas dan lebih tinggi tingkatannya. Ditambah lagi film ini seolah-olah mengambil sudut pandang yang berbeda yang bisa diolah sedemikian rupa menjadi film berbobot.
            Sasaran utama film ini adalah para pejabat  negara yang acuh terhadap lingkungan rakyatnya, yang hobinya hanya memperkaya diri sendiri. Yang mereka tahu bagaimana “caranya” untuk melahap uang rakyat supaya bisa masuk kantong saku mereka. Padahal permasalahan pokok yang jelas-jelas di hadapan mereka, mereka tak mau tahu.
            Yang menjadi  berbagai kontroversi ialah cerita yang menggantung. Menurut saya cerita tersebut tidak demikian. Akhir cerita yang di desain agak mengecewakan itu, digambarkan sebagai permasalahan negara yang terkantung-kantung. Keseluruhan cerita ini telah mempersembahkan fakta yang ada di dalam masyarakat, seolah-olah memberi sinyal terhadap “penonton wajib” lah yang harus memberikan ending yang mulus dari cerita ini, bukan sutradara film ini.
            Terlepas dari semua itu, film ini juga memberikan pesan “optimis” kepada masyarakat  “pesimis” yang selalu resah akan kriminalitas yang terjadi di sekitar mereka. Selain itu,  film ini bertujuan untuk merubah mind set masyarakat bahwa masalah itu bisa teratasi dengan pola pikir yang bisa mereka kembangkan demi meminimalisir keresahan tersebut. Dengan kata lain, film ini adalah sebagai contoh. Berharap masyarakat turut andil dalam meminimalisir permasalahan yang ada di sekitar mereka. Penyelesaian yang mereka berikan bukan dalam bentuk kekerasan namun dalam bentuk pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar