Jumat, 28 Oktober 2011

NULIS ITU GAMPANG FREND!!!!


Ga punya inspirasi? Lagi buntu? Atau nyari waktu luang? Eh, itu alasan yang basi lho prend!!!! Semua itu bisa diatasi. Selama ada kemauan. Tapi tanpa ada kemauan juga bisa lho seperti spontanitas gitu deh!!! Mau bukti?? Yukz simak penjelasan di bawah ini....

Ibarat sedekah, yak itulah tulisan. Berarti yang ga mau nulis itu orang pelit. Mungkin saja. Setiap orang pasti punya suatu konstribusi yang bisa disalurkan melalui berbagai cara. Tapi cara yang bagaimana? Tak sedikit orang yang salah dalam penyampaian konstribusinya. Misalnya saja budaya kita budaya ngomong, tapi ga ada yang jelas n penting. Sekalipun ga penting tapi  dikonstribusikan dalam cara yang bener pasti berguna deh!!!
Tahu ga kenapa negara-negara maju selalu terdepan? Karena konstribusi mereka tersalurkan dengan benar. Sebagian besar adalah lewat tulisan. Karena dengan tulisan, banyak orang akan membaca dan dengan membaca pikiran akan semakin berkembang.

Tulisan ga harus sempurna buanget. Asalkan ga nyiksa pembaca, tulisan bisa sangat disukai. Apa artinya? Ya, jangan mbulet-mbulet kalo buat, yang simple aja. Nah ada tipsnya untuk buat karangan yang baik yaitu:
  1. SPOK
  2. Kalimat maksimal 15 kata
  3. Jangan nyiksa pembaca
  4. Buat ngerti pembaca dengan apa yang ditulis
  5. Hindari tulisan asing
  6. Gunakan istilah populer 
  7. Jangan sembunyi dalam tulisan asing
  8. Gunakan istilah popule
  9. Spesifik dan kongrit
  10.  Mendetail namun relevan Analogi sederhana

Jangan takut dengan 11 hal di atas jika kalian masih pemula. Pokoknya tulis aja yang ada di pikiranmu. Semakin lama kamu nulis kamu akan terbiasa, dan jangan lupa juga harus ada yang baca tulisanmu. Jangan malu untuk meminta orang membaca tulisan kita karena dari situlah evaluasi kita.

kitou aya
Sebagai motivasi saja, apa pernah melihat drama jepang nyata 1 litre of tears? Ya, Kitou Aya yang divonis dokter mengalami penyakit spinocerebellar Degeneration (penyakit otak yang tidak mampu untuk mengendalikan aktivitas seseorang yang menyebabkan kematian) sampai akhirpun didalam kondisinya yang menyedihkan (lumpuh total) ia selalu menulis. Karena ia tahu penyakitnya telah menggerogoti impiannya. Dengan dorongan ibunya, iapun menulis sebuah diari yang sangat memotivasi orang banyak. Hingga akhir hayatnya, tulisannya terkopi hingga 1.1 juta kopi di Jepang.
Diari kitou aya



So, apa yang menghambatmu untuk nulis? Bahkan tulisan yang dibuat oleh orang yang sangat sangat tidak berdayapun pengapresiasiannya begitu tinggi. Apalagi kamu yang sehat. Pasti lebih bisa dong dari mereka. Latihlah dirimu untuk nulis. Jangan tunggu waktu luang, dia ga akan pernah datang, jangan alasan “lagi buntu nih” karena inspirasi selalu ada setiap saat selama kamu harus punya wawasan.


Senin, 17 Oktober 2011

KERLINGAN TAWA TRADISIONAL YANG TERKIKIS DI BUMI PERTIWI


Apakah kalian masih ingin berbagi cerita masa kecil kalian? Jika saya masih ingin berbagi cerita lebih mengenai masa kecil saya. Dulu saya masih sempat memainkan permainan dakon, petak umpet, slebur-sleburan. Wah,waktu itu adalah momen yang menyenangkan bagi saya. Bagaimana dengan para sohib pembaca?
Kali ini saya akan berbagi tentang mainan tradisional kepada para sohib pembaca. Jika kita pernah melihat atau mungkin membaca berbagai media dalam topik ini serasa kembali pada jaman jadul. Masa yang mungkin menyenangkan bagi kebanyakan orang pada tahun 1990-an ke atas  di dalam sebuah lingkup mainan “jadul”. Tapi tahukah kalian tak hanya masa-masa indah kalian yang terkikis dari roda waktu kehidupan, namun era-era mainan bumi pertiwi tersebut juga hampir terkikis punah di dalam peradaban modern masa kini. Sangat ironis sekali jika kita kehilangan suatu peninggalan kreasi para leluhur yang kini telah ditinggalkan oleh generasi penerusnya sendiri.
Untung saja, di sebuah daerah tepatnya di kota Bantul Yogyakarta sekelompok orang renta berusia 75 tahun ke atas masih bersedia untuk menggeluti dunia bisnis yang tak layak lagi  bersaing. Selain untuk mengisi perut keluarga juga merupakan hobi dalam membuat mainan-mainan jadul tersebut. Katakanlah mbah Wiyar salah satu kelompok tetua yang dengan senang hati masih konsisten dalam pembuatan mainan jadul ini. Kegiatannya yang selalu dimulai rutin dari jam 4 pagi hingga jam 4 sore itu hanya meraup sedikit keuntungan. Bagaimana tidak, untuk satu mainan hanya dihargai 1000 rupiah saja dan itu jarang sekali laku, sebuah penghargaan yang terlalu kejam untuk seorang nenek yang berusaha mempertahankan warisan budaya. Kitiran, Sarang Burung, dan Payungan itulah yang selalu dijajakannya setiap hari di sekitar lingkungan sekolah berharap masih ada yang membeli. Tapi kenyatannya hanya bisa dihitung jari yang mau membeli itupun karena mungkin ada keterpaksaan atau harga yang relatif murah.
Mengapa demikian? Karena pemerintah kurang bisa mengatur pasokan barang impor modern sehingga hampir-hampir melahap produk dalam negeri, kedua efek globalisasi IT yang kurang bisa diseimbangkan dengan budaya tradisional. Akibatnya apapun yang berbau modern lebih digemari daripada yang tradisional (dalam hal musik,tarian,hingga permainan) padahal kita tahu bahwa mainan tradisional itu lebih ramah lingkungan dan aman penggunaannya daripada mainan modern (contohnya saja pistol mainan)
Jadi jika kita hanya menggantungkan para orang renta tersebut untuk melestarikannya, bisa jadi sejarah warisan leluhur yang begitu indah dan kreatif akan meninggalkan kita sehinggga negara kita akan menjadi sebuah negara tanpa aset yang bisa dikenang. Cobalah kita tengok negara barat atau negara tetangga mereka semua pada ngiler sama aset-aset budaya kita. So, sebelum mereka mengklaim, marilah kita budayakan bersama-sama warisan leluhur bangsa. Sehingga nantinya kita akan menjadi bangsa yang  lengkap dengan jati diri bangsanya dan mudah dikenal di mata dunia.

Minggu, 16 Oktober 2011

LELE BOO ALTERNATIF CERDAS UNTUK MERAPI JOGJA

Siapa sih yang gag kenal lele? Ikan air tawar yang sangat umum ini dan hampir menjadi lauk pauk pokok bagi kebanyakan orang ini memiliki potensi bisnis yang sangat luas. Tidak hanya dikembangkan sebatas lauk "ikan" saja, tapi siapa sangka ikan yang satu ini dapat dimanfaatkan sebagai nugget dan keripik. Penasaran kok bisa begitu? Mari kita simak cerita dibawah ini

Berawal  dari tragedi Merapi di Yogyakarta beberapa waktu lalu, membuat begitu banyak tragedi bagi penduduk Yogya. Selain kehilangan sanak saudara dan harta benda, mereka juga kehilangan mata pencaharian mereka. Ladang yang biasa mereka gunakan untuk bertani harus hangus oleh ganasnya aliran lahar dingin merapi. Akibatnya banyak penduduk sekitar yang harus menganggur dalam penderitaan pasca merapi yang sangat mencengangkan publik beberapa tahun lalu. Melihat keadan yang seperti itu, maka mendorong sejumlah mahasiswa UGM yang tergerak dalam gerakan KAMMI mengajar itu berinisiatif untuk membuat sebuah produk ikan lkan Lele yang diinovasi menjadi produk nugget dan keripik yang tak kalah lezat dengan produk nugget maupun keripik lainnya. Alasan kenapa mereka memilih Lele sebagai bahan dasar karena pengolahannya sangat mudah dan sangat umum di kalangan masyarakat.

Pada awalnya pengenalan produk mereka ditujukan dengan berbagai pelatihan. Pelatihan tersebut menjelaskan secara langsung bagaimana pengolahan Lele menjadi sebuah produk yang mereka ingin hasilkan. Hasilnya disambut baik oleh penduduk sekitar. Bahkan penjualannya sudah mulai berkembang di beberapa daerah diYogya. Berawal dari penitipan di sejumlah Mini market hingga penjualan ke berbagai sejumlah pasar tradisional di Yogya. Harganya pun tak kalah saing dengan harga produk pada umumnya yaitu Rp 7000,00/bungkus. Harga yang ideal untuk sebuah inovasi produk baru yang mereka realisasikan ini. Selain itu keunggulan lainnyaa adalah produk ini dapat dikembangkan tanpa adanya bahan pengawet dan mudah dikenali karena bahan dasarnya yang sangat umum
Harapan Mutiara Ulfa dan Kharis Pradana sebagai perwakilan dari tim mereka, para penduduk Yogya mendapat nilai lebih dari produk yang mereka kenalkan. Dengan berbasis bisnis kewirausahaan, diharapkan mereka tidak terlalu bergantung pada ladang sawah mereka sehingga masalah pengangguran yang terjadi baru-baru ini dapat sedikit teratasi.